26 Apr 2015

[Kep. Banda] Pulau Banda Besar

Akhirnya sampai juga ke postingan terakhir seri Banda ini! Kali ini saya akan membahas tentang Banda Besar. Saya hanya sempat menginap 3 hari saja di sini karena mendadak kami memutuskan untuk segera pulang soalnya ombak makin tidak bersahabat dan sempat ada gempa kecil. Daripada kenapa-kenapa toh? :D


salah satu tanjung yang kami lewati ketika menyusuri bagian selatan pulau

Menurut saya untuk mengulik Banda Besar ini butuh waktu lebih dari seminggu karena medan yang berat. Mayoritas penduduk tinggal di kaki gunung di pulau ini. Ada tiga gunung besar yang berada di pulau ini. Gunung tersebut berada di tengah pulau sehingga memisahkan desa yang berada di sebelah utara dan selatan pulau. Saya hanya sempat mengitari daerah utara saja. Jalan aspal hanya berada di sepanjang pantai utara Banda Besar. Untuk berkunjung ke desa di daerah selatan bisa menggunakan perahu (tidak disarankan kalau ombak sedang besar) atau ojek. Ojek di sini bisa digolongkan olahraga ekstrim karena kita harus melewati jalan tanah berbatu yang licin. Beberapa tukang ojek ada yang menolak mengantar kalau jalannya terlampau licin karena takut motornya rusak. Gunung di sini masih tergolong rimbun karena pohonnya rapat dan masih banyak babi hutan berkeliaran! Hiiiii... bahkan terkadang babi hutan itu turun ke pemukiman penduduk! Eh, tapi emang yakin itu babi asli? :))

itu gunungnya. gimana gak banyak babi hutan kalau hutannya aja selebat itu?

Selama di Banda Besar kami tinggal di rumah mantri Arman. Duh! Tinggal di rumah mantri Arman ini beruntung sekali soalnya istrinya, bu Irma, ternyata juaagoo banget masak! Jadi setiap hari sudah dipastikan dapat makanan enak. Favorit saya adalah teh pandan buatan bu Ir. Yaampun jadi ngiler sendiri :p

Oiya. Di Banda Besar ini juga ada peninggalan bangunan bersejarah seperti benteng dan rumah asar. Sayangnya, saya hanya sempat ke Benteng Holandia saja dan tidak sempat melihat rumah asar yang terkenal itu. Cuma sempat lewat di depannya saja, hiks! :( Berikut beberapa hal menarik yang saya lihat selama saya mampir di sini.

Benteng Holandia

Satu-satunya karya arsitektural yang saya kunjungi adalah benteng ini. Benteng ini letaknya di atas bukit dan jalannya melewati desa penduduk sekitar. Banyak rumah penduduk yang unik di sini, cocok untuk yang memang suka mengamati rumah (kok kesannya kaya maling sih) Ada beberapa bangunan di desa yang menarik perhatian saya. Desa di sini sudah terbiasa berdampingan dengan situs-situs sejarah, bahkan sampai ada yang bertetangga dengan kuburan Belanda! :D


kuburan ini diapit oleh rumah warga dan letaknya di pinggir jalan

Benteng Holandia ini sayangnya tidak bernasib sama dengan Benteng Belgica. Keadaannya sekarang tidak terurus, tapi di mata saya jadi keren sih, soalnya jadi kelihatan "umur"nya :p Walaupun beberapa ruang sudah tertanam oleh tanah tapi kita masih bisa berputar di dalam benteng. Yang keren dari benteng ini adalah kita bisa mengamati lalu lintas perahu yang akan berjalan di antara Pulau Gunung Api dan Pulau Banda Besar. Selain itu kita juga bisa mengamati desa dari halaman benteng. Pemandangannya bagus banget, apalagi kalau lautnya cerah! :D


muka depan benteng holandia


pintu masuk ke dalam benteng. klasik!

bagian dalam benteng holandia

bisa dapat pemandangan macam gini kalau ke benteng ini,
karena keterbatasan kamera jadi cuma bisa liatin sepotong aja :p

Selain benteng holandia, ada juga rumah tradisional yang biasa dipakai sebagai tempat berkumpul warga ketika mengadakan upacara. Namanya Rumah Besar. Letaknya? Di depan kuburan tadi! :D


sesuai namanya, rumahnya memang besar

kalau tidak ada kegiatan, ya kosong melompong isinya

karena letaknya lebih tinggi dari rumah sekitarnya,
jadi bisa lihat gunung api dengan jelas :D

Jalan ekstrim dan Pantai Ganas

Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, jalanan di sini terbilang menantang. Karena isinya kalau gak tangga, tanjakan atau hempasan ombak :)) Buat yang suka pantai, pulau ini cocok banget dikunjungi karena pantainya banyak sekali, sayangnya agak rawan untuk berenang karena langsung berhadapan dengan laut selatan. Selain itu, jalur ke pantai juga masih mentah banget, jadi butuh sedikit perjuangan dulu sebelum leha-leha :D Selama mampir di sini cuacanya mendung terus :( 


jalan yang bagus ini cuma saya temui di bagian utara pulau

di bagian ujung timur desa selamon


(hampir di) ujung tangga atas desa selamon.
udah ditunggu sama awan mendung di ujung sana :(

perjuangan untuk mencapai pantai timraru,
ujung tangganya aja gak keliatan -__-

setelah sampai di ujung tangga, kita pun harus turun lagi

tadaaa! ini pantainya ...tapi langsung ciut liat ombaknya

kalau tangga ini ada di sebelah barat pulau.
salah satu alternatif menuju benteng holandia

sumur pusaka di ujung tangga tadi, kalau ada upacara mengenang kejadian
pembantaian orang banda maka hampir semua orang di Banda datang ke sini

jalan lain yang kami lalui ketika berkeliling pantai di selatan pulau.
ini jalan yang harus dilalui demi mendapatkan foto di awal postingan ini

salah satu goa kecil yang kami temukan di jajaran batu karang

pala masih menjadi komoditas utama di pulau ini

untuk mempercepat waktu, kami akhirnya berjalan lewat tepian laut,
dari basah sampai hampir ditampar ombak mah lewaattt :))

Peternakan Mutiara


Selain pohon pala yang banyak banget. Di sini juga ada peternakan mutiara. Katanya dulu peternakan mutiara ini sempat diolah oleh orang Jepang dan sempat berjaya. Namun, ketika kontraknya habis akhirnya dikembalikan lagi ke orang lokal. Saya iseng menengok ke dalam dan mengambil beberapa foto. Kemarin udah ada sih yang ngejelasin prosesnya, dasar saya yang loadingnya lama, tetep aja gak ngerti :))

awalnya saya kira sudah tidak beroperasi, ternyata masih banyak yang bekerja di dalam

foto ini emang gak ada hubungannya, tapi bagus khan? :p

bangunan kantor cv banda marine

semua proses mutiaranya dikerjakan di bangunan kayu di atas laut ini

barisan kerang 

bapak ini sedang mengganti "isi"kerang

Bermain di Laut Surut

Oiya, setiap sore air laut yang berada di depan pulau surut, jadi hampir semua anak bermain di sini. Surutnya jauh sekali, mungkin lebih dari 500m. Kalau coba jalan di atasnya, kita masih bisa lihat kepiting-kepiting kecil berebut keluar-masuk lubang kecil yang ada di tanah. Sore itu, banyak sekali yang bermain layangan. Kami juga tidak mau kalah, akhirnya kami mencoba untuk menerbangkan layangan yang sudah setengah sobek :))) Dengan kegigihan (atau keras kepala) akhirnya layangan kami terbang juga! :D



lautan jadi lapangan bola :D

halo, sedang cari apa?

dalam edisi berusaha menerbangkan layangan

Melantai

Yang paling menarik adalah Melantai. Hah? Main di lantai maksudnya? Bukaaannnn! Melantai itu adalah acara menari yang biasa diadakan di Banda, semacam pesta rakyat :D Di malam sebelum kami pergi, teman saya yang bernama Adi tiba-tiba berdandan rapih mengenakan kemeja, jins panjang lengkap dengan sepatu (padahal biasanya cuma pakai kaos sama celana pendek doang). Saya tanya mau ke mana dia, ternyata dia mau pergi melantai. Anak-anak yang sedang kkn (yang dulu kami temui di pulau Nailaka) ternyata membuat acara melantai sebagai salam perpisahan dengan warga sekitar. Karena penasaran, saya akhirnya ikut juga ke acara tersebut tapi tidak sampai ganti baju karena memang niatnya hanya melihat dari luar. Begitu datang ke tempat melantai, ternyata sudah banyak orang dan musiknya sudah berjalan. Prosesinya ternyata sederhana sekali. Di dalam area menari hanya ada dua baris penari yang saling berhadapan. Penari harus punya pasangan menari, jadi jumlah penari di area menari harus genap. Selama musik dimainkan mereka akan terus menari, tapi kebanyakan hanya menari di tempat dan bergerak sepentingnya saja :)) Saya akhirnya mencoba ikut melantai dan perasaannya aneh-aneh-senang, hahahaha!


padahal biasanya bergaya akamsi :))

tempat kejadian lantai dansa

gerakannya kaya cuma lari versi patah-patah :))

dari awal sampai akhir acaranya ya cuma menari saja :D

Acara melantai ini sebenarnya tidak punya jam berakhir. Katanya, melantai baru ada yang berakhir jika sudah ada yang berkelahi karena mabuk dan terjadi di acara yang kami datangi ini. Untungnya, kami sudah pulang dari pukul 10.00 karena besok paginya harus mendata objek di Pulau Gunung Api. Ya! Begitulah kehidupan selama 2 minggu di Banda. Menyenangkan sekali apalagi sempat mencoba masakan Bu Irma (huuuu..soal makan aja semangat) dan sempat menjelajah hampir semua gunung di Banda. Semoga nanti bisa kembali lagi ke Banda membawa banyak oleh-oleh untuk para keluarga di Banda . Seumur hidup gak akan lupa deh sama kepulauan ini :)


3 comments: