27 Apr 2015

[Kep. Banda] Pengalaman Ajaib di Kapal Tidar

tampilannya seperti kapal titanic :D

Postingan ini saya buat karena saya banyak mendapat pengalaman ajaib selama naik kapal ini ketika perjalanan dari dan menuju Banda Neira. Maklum, ini kali pertama saya naik kapal sebesar ini dengan waktu yang terbilang lama, sampai 8 jam! Awalnya agak takut sih, karena ya kalau sampai ada apa-apa saya kan gak jago-jago amat berenang. Gimana gak khawatir? Orang yang naik perahu ini tuh banyak banget dan udah pasti lebih dari jumlah tiket resmi yang dijual. Eits, tapi jangan keburu takut! Aman kok naik perahu ini asal berhati-hati sama yang namanya copet aja. Ini wejangan yang saya dapat dari petugas di pelabuhan. Orang-orang sudah mengantri dari siang di ruang tunggu pelabuhan, begitu saya datang sekitar jam 5 kantor pelabuhan sudah seperti pasar. Rame banget! Paling asyik kalau kita lihat bawaan orang yang luar biasa anehnya, ada yang gede banget segede kulkas sampai ada yang digulung kaya guling besar, gak tau deh isinya apa itu :)))

tumpek tublek kaya di pasar

plastik di sebelah kanan ini populer banget sebagai
pembungkus barang, ukurannya pun ada yang hampir
menyaingi kulkas :)))

Konon, penerbangan Ambon-Banda Neira sudah dibuka kembali. Kalau ingin cepat sampai tempat tujuan, sebaiknya pilih pesawat saja. Namun, kalau ingin menambah pengalaman hidup (jailah bahasanya) bisa coba naik kapal tidar. Tapii...ambil tiket kelas, jangan yang ekonomi, karena yang ekonomi sistemnya kaya di hutan rimba. Ini terjadi sama saya ketika perjalanan pulang dari Banda Neira. Kalau punya tiket kelas, dijamin bisa tidur karena sudah pasti dapat kamar, namun tergantung tipe kelasnya. Makin tinggi kelasnya, makin sedikit teman sekamarnya. Tapi jangan terlalu berharap kamarnya kaya hotel ya, karena isinya hanya kasur putih, bantal kecil tanpa selimut dan AC yang tingkat kedinginannya cuma 10%. Jadi, mending pilih tempat tidur yang di atas biar bisa ngerasain semilir AC. Oiya, sewaktu kapal datang, santai saja, tidak usah berebut masuk kapal. Ketika kericuhan masuk kapal itulah banyak para copet yang beraksi. Yang berebut masuk kapal itu biasanya adalah pemilik tiket ekonomi karena sistemnya siapa cepat masuk ke dalam dia dapat kasur. Kalau sudah memegang tiket kelas ya sudah aman karena kita sudah pasti punya kamar. Paling nyaman kalau membawa tas punggung atau carrier karena kita harus memanjat naik dan turun di tangga kapal. Yang paling rawan adalah ketika turun dari kapal menuju ke darat karena bentuk anak tangganya agak melengkung dan susuran tangganya hanya berupa tali. Jadi, gak usah pake acara dadah-dadah kaya penyambutan presiden. 

kamar kelas 3

Sewaktu berangkat dari Ambon ke Banda Neira, saya dapat tiket kelas 3. Kamar diisi dengan 6 buah tempat tidur dan lemari penyimpanan tas yang berguna banget terutama buat yang ingin jalan-jalan keliling kapal (kalau masih bisa jalan sih, karena biasanya banyak yang tidur di tangga atau lorong). Begitu masuk kapal, kita harus menuju dek 5 untuk mengambil kunci kamar dan loker terlebih dahulu dengan memberi uang jaminan yang saya lupa nominalnya. Awalnya saya dan teman saya mau jalan-jalan setelah meletakkan tas, tapi melihat banyaknya orang yang berkumpul bahkan sampai tidur di tangga membuat kami mengurungkan niat. Kami sepakat, lebih baik tidur saja. Oiya, untuk yang bingung mencari makan tidak usah bingung karena ada ABK yang berkeliling berjualan nasi ayam.

lemari penyimpanan cukup besar dan bisa memuat tas carrier 40L

lorong di kelas 3

Sebelum tidur, kami memutuskan untuk ke kamar mandi kapal. Sebenarnya saya agak-agak gimana gitu karena biasanya kan toilet umum di kita kan yagitudeh. Setelah kami menemukan toiletnya, kami cuma bisa tersenyum kecut. Toiletnya didominasi dengan warna putih dan kuning. Ada air tergenang di dekat area toilet jongkoknya, yang saya gak tahu itu air apa, bening sih airnya tapi...hehehe. Saya dan teman saya agak hati-hati ketika melewati genangan itu, sampai tiba-tiba ada seorang ibu yang masuk dan cueknya jalan di atas genangan padahal dia pakai sandal! kan berarti...... :)))))

di pintu sebelah kirilah sang ibu berada,
untung bukan genangan masa lalu yang tersapu kaki ibunya :))

Saya orangnya emang suka toilet yang rapih-wangi-kering (ya semua orang juga suka kaliiii) jadi waktu itu agak siyok berat waktu ngelihat ada yang naruh plastik isi cairan warna coklat di wastafelnya. Apa coba itu? Sampai saya saja gak berani foto :))) Ya sudah, akhirnya kami kembali ke kamar. Sayangnya saya agak susah tidur karena ruangan terasa panas. Hawa dingin AC tidak terasa karena saya kebagian tidur di bawah.

Oiya, sekitar satu jam setelah kapal berangkat, semua pintu ke luar menuju dek kapal akan dikunci karena ada ABK yang akan berkeliling dan memeriksa tiket penumpang. Di kamar saya, ada dua orang yang tidak punya tiket kelas tapi memegang tiket ekonomi dan sepertinya masih kerabat dengan penumpang yang lain. Jadi, setelah ada pengumuman akan ada pemeriksaan karcis, kedua orang itu pergi dari kamar (cukup lama juga loh mereka pergi, hampir sekitar satu jam) dan kembali lagi setelah pemeriksa karcis pergi. Ohh..ternyata begini toh taktik biar bisa ikut tidur di kelas dengan membeli tiket ekonomi. Rasanya kaya habis nonton film warkop.

Pengalaman pulang dari Banda Neira ke Ambon juga tidak kalah epiknya. Sayangnya, saya tidak sempat mengambil satu fotopun saat itu. Dimulai dari sulitnya memesan tiket pulang dari Banda yang menurut saya tidak transparan. Tiket tidak pernah bisa dipesan dari jauh hari, tapi ketika sudah h-1 tiket kelas dinyatakan sudah habis. Penyebabnya adalah semua pegawai tinggi pemerintah di Banda diminta untuk pergi dinas ke Ambon, jadi semua tiket kelas diborong oleh mereka. Akibatnya? Ya kami cuma dapat tiket ekonomi yang mana mengakibatkan sepanjang perjalanan duduk mengampar di dek kapal sampai kehujanan :)))

Nah, di sini cerita menariknya. Dengan duduk di dek kapal saya jadi bisa tahu kegiatan kebanyakan orang di kapal ini. Jadi, selain duduk-duduk di susuran dek kapal, ada satu kebiasaan yang sering saya lihat. Kebiasaan itu adalah.... meludah. Iya. Meludah yang hoak-cuh itu :))) Banyak banget yang dengan enaknya meludah ke lantai dek. Terus kebayang kan ketika gerimis lantai deknya jadi basah dan setelah gerimisnya agak reda banyak anak-anak yang berlarian main di dek. Yang artinya.. bekas ludah itu muncrat kemana-manaaaaa :))) Udah gak ngerti lagi deh rasanya waktu itu. Sebagai orang yang jongkok di dek, saya sudah cukup pasrah menerima nasib.

Ada lagi cerita mas bule yang kebetulan duduk ngampar di sebelah kami. Ketika kapal baru berangkat pergi, dia dan salah satu teman saya berdiri di pinggir kapal. Teman saya basa basi nanya ke mas bule tersebut tapi mas bule malah jawab kalau dia gak mau ngobrol sama siapapun dengan muka jutek :)) Mas bule kayanya emang lagi pms, karena sepanjang duduk mukanya cemberut terus. Yaudah sih terima aja keadaan, anggap aja pengalaman. Untung setengah jam kemudian dia pindah tempat. Baguslah, saya gak bisa bayangin harus 8 jam sebelahan sama orang yang cemberut terus.

Setelah mas bule pergi, spot diganti oleh mang penjual pop mie. Pop mie nya sih gak masalah, yang jadi masalah adalah ketika dia datang membawa kardus baru pop mie yang dia ambil dari gudang kapal. Begitu dia buka kardusnya, ratusan kecoa dari yang kecil sampai besar kkelluuaaarrr semmuuuaaaa!!! *langsung pingsan*

Setelah drama pembantaian kecoa berakhir, saya dan Rinta memutuskan untuk menonton bioskop kapal. Iya, kapal ini punya ruang di dek bawah yang difungsikan sebagai bioskop. Harga tiketnya 15ribu rupiah. Yang membuat kami ingin mencoba nonton selain karena ingin menghabiskan waktu adalah karena mendengar pengumuman dari ABK tentang promosi filmnya. Lucu dan antuasias sekali! Sayang euy, tidak saya rekam :D Awalnya saya tidak tahu judul film yang akan saya tonton. Setelah lihat cuplikan awal film, saya baru sadar ternyata ini filmnya Jupppeee :))) Gak usah dikomentarinlah ya filmnya macam apa :p

saya masih simpan potongan tiketnya :D

Pengalaman ajaib terakhir yang saya lihat adalah ketika ada seorang nenek yang sedang berdiri memegang susuran dek kapal. Awalnya biasa saja...
...terus dia batuk
...terus dia bersin
...terus dia buang ingus
...terus dia tatap ingus yang ada di tangannya....
...
...
...dan akhirnya dia lap ingus itu ke susuran dek kapal :))))

Jadi saudara-saudara, berhati-hatilah dengan memegang susuran dek kapal tidar :))) Pokoknya pengalaman naik kapal tidar ini gak akan saya lupakan seumur hidup karena ini adalah salah satu cerita paling menarik di Banda yang bisa saya ceritakan ke orang lain. Oiya, ada yang punya pengalaman yang sama dengan kapal ini? Bagi-bagi ceritanya ya!

Hidup kapal tidar! :D

26 Apr 2015

[Kep. Banda] Pulau Banda Besar

Akhirnya sampai juga ke postingan terakhir seri Banda ini! Kali ini saya akan membahas tentang Banda Besar. Saya hanya sempat menginap 3 hari saja di sini karena mendadak kami memutuskan untuk segera pulang soalnya ombak makin tidak bersahabat dan sempat ada gempa kecil. Daripada kenapa-kenapa toh? :D


salah satu tanjung yang kami lewati ketika menyusuri bagian selatan pulau

Menurut saya untuk mengulik Banda Besar ini butuh waktu lebih dari seminggu karena medan yang berat. Mayoritas penduduk tinggal di kaki gunung di pulau ini. Ada tiga gunung besar yang berada di pulau ini. Gunung tersebut berada di tengah pulau sehingga memisahkan desa yang berada di sebelah utara dan selatan pulau. Saya hanya sempat mengitari daerah utara saja. Jalan aspal hanya berada di sepanjang pantai utara Banda Besar. Untuk berkunjung ke desa di daerah selatan bisa menggunakan perahu (tidak disarankan kalau ombak sedang besar) atau ojek. Ojek di sini bisa digolongkan olahraga ekstrim karena kita harus melewati jalan tanah berbatu yang licin. Beberapa tukang ojek ada yang menolak mengantar kalau jalannya terlampau licin karena takut motornya rusak. Gunung di sini masih tergolong rimbun karena pohonnya rapat dan masih banyak babi hutan berkeliaran! Hiiiii... bahkan terkadang babi hutan itu turun ke pemukiman penduduk! Eh, tapi emang yakin itu babi asli? :))

itu gunungnya. gimana gak banyak babi hutan kalau hutannya aja selebat itu?

Selama di Banda Besar kami tinggal di rumah mantri Arman. Duh! Tinggal di rumah mantri Arman ini beruntung sekali soalnya istrinya, bu Irma, ternyata juaagoo banget masak! Jadi setiap hari sudah dipastikan dapat makanan enak. Favorit saya adalah teh pandan buatan bu Ir. Yaampun jadi ngiler sendiri :p

Oiya. Di Banda Besar ini juga ada peninggalan bangunan bersejarah seperti benteng dan rumah asar. Sayangnya, saya hanya sempat ke Benteng Holandia saja dan tidak sempat melihat rumah asar yang terkenal itu. Cuma sempat lewat di depannya saja, hiks! :( Berikut beberapa hal menarik yang saya lihat selama saya mampir di sini.

Benteng Holandia

Satu-satunya karya arsitektural yang saya kunjungi adalah benteng ini. Benteng ini letaknya di atas bukit dan jalannya melewati desa penduduk sekitar. Banyak rumah penduduk yang unik di sini, cocok untuk yang memang suka mengamati rumah (kok kesannya kaya maling sih) Ada beberapa bangunan di desa yang menarik perhatian saya. Desa di sini sudah terbiasa berdampingan dengan situs-situs sejarah, bahkan sampai ada yang bertetangga dengan kuburan Belanda! :D


kuburan ini diapit oleh rumah warga dan letaknya di pinggir jalan

Benteng Holandia ini sayangnya tidak bernasib sama dengan Benteng Belgica. Keadaannya sekarang tidak terurus, tapi di mata saya jadi keren sih, soalnya jadi kelihatan "umur"nya :p Walaupun beberapa ruang sudah tertanam oleh tanah tapi kita masih bisa berputar di dalam benteng. Yang keren dari benteng ini adalah kita bisa mengamati lalu lintas perahu yang akan berjalan di antara Pulau Gunung Api dan Pulau Banda Besar. Selain itu kita juga bisa mengamati desa dari halaman benteng. Pemandangannya bagus banget, apalagi kalau lautnya cerah! :D


muka depan benteng holandia


pintu masuk ke dalam benteng. klasik!

bagian dalam benteng holandia

bisa dapat pemandangan macam gini kalau ke benteng ini,
karena keterbatasan kamera jadi cuma bisa liatin sepotong aja :p

Selain benteng holandia, ada juga rumah tradisional yang biasa dipakai sebagai tempat berkumpul warga ketika mengadakan upacara. Namanya Rumah Besar. Letaknya? Di depan kuburan tadi! :D


sesuai namanya, rumahnya memang besar

kalau tidak ada kegiatan, ya kosong melompong isinya

karena letaknya lebih tinggi dari rumah sekitarnya,
jadi bisa lihat gunung api dengan jelas :D

Jalan ekstrim dan Pantai Ganas

Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, jalanan di sini terbilang menantang. Karena isinya kalau gak tangga, tanjakan atau hempasan ombak :)) Buat yang suka pantai, pulau ini cocok banget dikunjungi karena pantainya banyak sekali, sayangnya agak rawan untuk berenang karena langsung berhadapan dengan laut selatan. Selain itu, jalur ke pantai juga masih mentah banget, jadi butuh sedikit perjuangan dulu sebelum leha-leha :D Selama mampir di sini cuacanya mendung terus :( 


jalan yang bagus ini cuma saya temui di bagian utara pulau

di bagian ujung timur desa selamon


(hampir di) ujung tangga atas desa selamon.
udah ditunggu sama awan mendung di ujung sana :(

perjuangan untuk mencapai pantai timraru,
ujung tangganya aja gak keliatan -__-

setelah sampai di ujung tangga, kita pun harus turun lagi

tadaaa! ini pantainya ...tapi langsung ciut liat ombaknya

kalau tangga ini ada di sebelah barat pulau.
salah satu alternatif menuju benteng holandia

sumur pusaka di ujung tangga tadi, kalau ada upacara mengenang kejadian
pembantaian orang banda maka hampir semua orang di Banda datang ke sini

jalan lain yang kami lalui ketika berkeliling pantai di selatan pulau.
ini jalan yang harus dilalui demi mendapatkan foto di awal postingan ini

salah satu goa kecil yang kami temukan di jajaran batu karang

pala masih menjadi komoditas utama di pulau ini

untuk mempercepat waktu, kami akhirnya berjalan lewat tepian laut,
dari basah sampai hampir ditampar ombak mah lewaattt :))

Peternakan Mutiara


Selain pohon pala yang banyak banget. Di sini juga ada peternakan mutiara. Katanya dulu peternakan mutiara ini sempat diolah oleh orang Jepang dan sempat berjaya. Namun, ketika kontraknya habis akhirnya dikembalikan lagi ke orang lokal. Saya iseng menengok ke dalam dan mengambil beberapa foto. Kemarin udah ada sih yang ngejelasin prosesnya, dasar saya yang loadingnya lama, tetep aja gak ngerti :))

awalnya saya kira sudah tidak beroperasi, ternyata masih banyak yang bekerja di dalam

foto ini emang gak ada hubungannya, tapi bagus khan? :p

bangunan kantor cv banda marine

semua proses mutiaranya dikerjakan di bangunan kayu di atas laut ini

barisan kerang 

bapak ini sedang mengganti "isi"kerang

Bermain di Laut Surut

Oiya, setiap sore air laut yang berada di depan pulau surut, jadi hampir semua anak bermain di sini. Surutnya jauh sekali, mungkin lebih dari 500m. Kalau coba jalan di atasnya, kita masih bisa lihat kepiting-kepiting kecil berebut keluar-masuk lubang kecil yang ada di tanah. Sore itu, banyak sekali yang bermain layangan. Kami juga tidak mau kalah, akhirnya kami mencoba untuk menerbangkan layangan yang sudah setengah sobek :))) Dengan kegigihan (atau keras kepala) akhirnya layangan kami terbang juga! :D



lautan jadi lapangan bola :D

halo, sedang cari apa?

dalam edisi berusaha menerbangkan layangan

Melantai

Yang paling menarik adalah Melantai. Hah? Main di lantai maksudnya? Bukaaannnn! Melantai itu adalah acara menari yang biasa diadakan di Banda, semacam pesta rakyat :D Di malam sebelum kami pergi, teman saya yang bernama Adi tiba-tiba berdandan rapih mengenakan kemeja, jins panjang lengkap dengan sepatu (padahal biasanya cuma pakai kaos sama celana pendek doang). Saya tanya mau ke mana dia, ternyata dia mau pergi melantai. Anak-anak yang sedang kkn (yang dulu kami temui di pulau Nailaka) ternyata membuat acara melantai sebagai salam perpisahan dengan warga sekitar. Karena penasaran, saya akhirnya ikut juga ke acara tersebut tapi tidak sampai ganti baju karena memang niatnya hanya melihat dari luar. Begitu datang ke tempat melantai, ternyata sudah banyak orang dan musiknya sudah berjalan. Prosesinya ternyata sederhana sekali. Di dalam area menari hanya ada dua baris penari yang saling berhadapan. Penari harus punya pasangan menari, jadi jumlah penari di area menari harus genap. Selama musik dimainkan mereka akan terus menari, tapi kebanyakan hanya menari di tempat dan bergerak sepentingnya saja :)) Saya akhirnya mencoba ikut melantai dan perasaannya aneh-aneh-senang, hahahaha!


padahal biasanya bergaya akamsi :))

tempat kejadian lantai dansa

gerakannya kaya cuma lari versi patah-patah :))

dari awal sampai akhir acaranya ya cuma menari saja :D

Acara melantai ini sebenarnya tidak punya jam berakhir. Katanya, melantai baru ada yang berakhir jika sudah ada yang berkelahi karena mabuk dan terjadi di acara yang kami datangi ini. Untungnya, kami sudah pulang dari pukul 10.00 karena besok paginya harus mendata objek di Pulau Gunung Api. Ya! Begitulah kehidupan selama 2 minggu di Banda. Menyenangkan sekali apalagi sempat mencoba masakan Bu Irma (huuuu..soal makan aja semangat) dan sempat menjelajah hampir semua gunung di Banda. Semoga nanti bisa kembali lagi ke Banda membawa banyak oleh-oleh untuk para keluarga di Banda . Seumur hidup gak akan lupa deh sama kepulauan ini :)