6 Feb 2015

[Kep. Banda] Pulau Hatta

Pulau Hatta adalah salah satu pulau berpenghuni terjauh dari Banda Neira. Waktu pertama kali ngeliat petanya di googlemaps, rasanya pengen ngacir. Jauhnya 2x lipat dari Banda Neira ke Ai. Tapiii.. karena cuaca angin timur yang makin mengganas dan takut data Pulau Hatta tidak bisa terambil akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Pulau Hatta di minggu pertama. Pulau Hatta dulunya bernama Pulau Rosengain. Mungkin karena pelafalan yang sulit dan dalam rangka mengenang Bung Sjahrir dan Bung Hatta, akhirnya nama Pulau Rosengain ini diganti dengan nama Pulau Hatta. Penduduk Pulau Hatta semuanya adalah muslim. Area pemukiman di pulau ini terbagi menjadi dua yaitu kampung lama dan kampung baru. Ada jalan yang menghubungkan antara kampung lama dan kampung baru. Menariknya, jalannya rapih sekali dan diapit oleh perkebunan pala.

terasa jauh karena harus muterin banda besar dan dermaga tujuannya di samping timur pulau

Pengalaman pertama saya ke Pulau Hatta punya kesan kuat. Berkesan banget karena rintangannya duileh banget. Seperti biasa, ketimbang saya muntah di tengah laut mending saya duduk di atap kapal. Oiya, saya lupa nulis pengalaman pulang dari Ai di postingan sebelumnya. Waktu pulang dari Pulau Ai ke Banda Neira cuacanya hujan, jadi semua orang duduk di dalam kapal. Parahnya ada beberapa bapak yang menyalakan rokok selama kapal jalan. Jendela kapal juga gak memungkinkan untuk dibuka karena hujan dan cipratan ombak yang duileh. Kebayang dong yah ombak yang duet sama hujan + pengap + asap rokok jadinya gimana. Disenggol dikit, saya bisa muntah :))) Untung ada bapak-bapak baik yang kayanya kasihan ngeliat wajah saya agak pucat dan minta rokoknya dimatiin. GOD BLESS YOU PAAKK!! 

Kembali lagi ke cerita Pulau Hatta. Untuk mengindari kejadian di atas, saya memutuskan untuk memilih duduk di atas kapal. Awalnya yang duduk di atap cuma tiga orang. Saya sebenarnya agak was-was karena mas dan mbak di balai kelautan bilang kalau ombak ke Pulau Hatta lagi tinggi-tingginya. Minggu sebelumnya mereka juga kesana dan katanya para ibu-ibunya pada ketakutan. Masnya sampai minjemin pelampung kuning buat saya. 
"daripada kenapa-napa,mbak. nanti pake aja pelampungnya" 
......
GIMANA GAK SEREM KALAU DIA BILANG GITU :)))

Tapi karena di sebelah saya ada mbak yang santai aja ya saya juga sok cool. Ternyata perahu masih sempat singgah untuk mengambil penumpang di bagian selatan Banda Neira. Perahu akhirnya mulai berjalan dan di atas atap perahu ada tujuh orang dan salah satunya nenek-nenek! Cadasss! Begitu mulai mendekati Banda Besar, saya udah gak enak hati ngeliat awan di atas. Mendung. Ini emang musim yang gak bagus di Banda. Karena hampir tiap siang hujan terus di Banda Besar. Saya kira mungkin hujannya cuma di Banda Besar aja. Eh tapi kok awannya ngedeket ke sini? Loh? Loh? ADUH KOK MALAH HUJAN! Akhirnya kita semua yang di atas ini terpaksa rebutan plastik terpal terus pada sembunyi di bawahnya :)))

di bawah terpal kami berlindung. iya, itu sepanjang jalan selimutan pake terpal :))

Untung saja hujannya cuma sebentar. Begitu lewat Banda Besar panasnya mentereenggg. Untung saya pakai topi jadi kulit muka gak merah-merah banget :D Ehhh.. tapi ada rintangan lain yaitu... OMBAKNYA KOK KENCENG YAAAHH! Epik banget pokoknya, rasanya kaya lagi naik kuda. Bahkan saya inget banget ada di satu masa perahunya setelah ngelewatin ombak terus dia diem di atas selama 2 detikan habis itu baru terjun ke air lagi. 2 detik paling lama yang saya rasain seumur hidup! :))) Untungnya kami bisa sampai pulau Hatta dengan selamat walaupun sepanjang jalan nahan napas karena takut. Gimana gak takut,coba? Laut Banda kan termasuk laut terdalam di dunia. Buktinya airnya biru pekat gitu gak keliatan apa-apa waktu saya coba ngelongok ke bawah :p Waktu ngeliat pantai Pulau Hatta pertama kalinya saya langsung melongo. WOOOWW KEREN BANGET KAYA DI WALLPAPER KOMPUTER! Serius! Saya gak bohong! Birunya air kaya manggil-manggil buat berenang. Jernniihhh banggettt!

selamat datang di pulau hatta! itu pantai di depan kampung lama :D
duh aslinya lebih bagus dari foto ini

yang turun cuma drum bensin :)) tapi airnya itulooohhhhh..

Kami gak punya referensi sama sekali sewaktu datang ke pulau ini. Jadi waktu ditanya mau turun di kampung lama apa di kampung baru, ya saya cuma bengong aja. Malah balik nanya orang-orang pada mau turun dimana. Ketika merapat ke kampung lama tadinya saya mau turun, loh tapi kok gak ada yang turun? Yang turun cuma drum yang isinya bensin :p Mbak-mbak yang di sebelah saya bilang kalau di kampung lama ini ada juga penginapan terus dia menunjuk ke satu bangunan yang bentuknya mirip em.. bangunan kantor lurah :p Saya agak ragu mau turun di sini sih karena kok keliatannya sepi banget. Yasudah, akhirnya kami memutuskan untuk turun di kampung baru. Nah! Di perjalanan menuju kampung baru ini pinggir pantainya keren banget! Batu karangnya muncul di permukaan dan jadi kaya ngebentuk pulau sendiri. Mungkin anak geologi lebih paham ya. Kata temen saya, ini termasuk unik karena pohonnya pada tumbuh dan nebeng di batu karang tersebut. Keren bangeeettt!


kumpulan batu karang ini termasuk area pulau bakerai

keren banget, kan? :D

pulau kecil. pulau yang berukuran mini ini ada di dekat dermaga kampung baru

Begitu sudah sampai di dermaga, nakhodanya bilang mau memanggilkan orang yang rumahnya biasa disewakan untuk para turis. Tidak lama, seorang bapak muda muncul dan memperkenalkan diri dengan nama Pak Samiun. Perkenalan yang tidak akan saya lupakan seumur hidup karena keluarga Pak Samiun ramah dan baik sekaliii! Di Pulau Hatta ini tidak ada hotel atau losmen. Kalau kita menginap di sini ya tidurnya di rumah warga, asik kan? :D Kalau ke sini cari saja rumahnya Pak Samiun ya! :D

Yang paling saya suka dari Pulau Hatta ini adalah struktur desanya rappiiihhhhhh banget! Permukaan tanah dari dermaga ke belakang desa semakin tinggi, jadi susunan rumah di sini dibuat mengikuti kontur. Kebanyakan rumah di sini levelnya berbeda-beda mengikuti kontur.  Salah satu contohnya rumah yang di depan rumah Pak Samiun levelnya di bawah jalan. Seneng deh lihatnya kalau rapih begini :D

ini jalan utama di pulau hatta

ramp ini menghubungkan dermaga ke jalan utama

ini perbedaan level yang saya ceritakan tadi

menurut saya ini mah udah rapih alami :D

beberapa warga membuat tempat jemuran untuk pala dan ikan asin.
para bule yang menginap di rumah pak samiun
menyebut ikan kering dengan nama"sashimi kering" :)))

hampir di setiap rumah ada tempat duduk-duduk santai ini.
kalau sore hari pasti banyak yang kumpul di sini

jalan menuju kampung lama. kiri kanannya diapit banyak pohon pala.

Waktu saya tanya apakah ada benteng di pulau hatta, mereka langsung cerita kalau di pulau ini tidak ada peninggalan bangunan kuno. Yang ada hanya bekas reruntuhan rumah sakit di atas kampung lama dan reruntuhan dinding perk yang sekarang sudah jadi bangunan SD. Sama seperti Pulau Ai, di Pulau Hatta sama sekali tidak ada sinyal hp. Bahkan lebih parah karena mau jalan ke dermaga pun kita tidak akan menemukan sinyal :p Begitu pun dengan listrik, di atas jam 10 pasti akan mati. Di rumah Pak Samiun sebenarnya ada mesin genset, tapi akan dimatikan ketika jam tidur. Buat yang takut gelap tidak usah takut karena Pak Samiun punya lampu teplek! :D

Petualangan mendata saya akhirnya dimulai. Kami meminta Pak Samiun untuk menemani berkeliling Pulau Hatta dan.... baru selesai 8 jam kemudian padahal baru setengah pulau! Wuih capenya! Tidak hanya cape tapi juga berbahaya karena kami hanya pakai..sendal jepit! Hahahaha, iya, emang bego banget. Sama sekali gak kepikiran kalau jalannya ternyata licin dan menanjak. Selain itu ketika sampai rumah saya baru sadar kalau kulit saya banyak yang kena besetan daun pandan gara-gara membuka jalan di hutan :))) Walaupun menderita (halah) tapi seruuuuuuu :D Pak Samiun sampai bilang, "Mbak ini orang pertama dari Bandung yang sampai ke hutan sini" Yeesss! Harusnya kemarin bikin prasasti di setiap titik ya :p Perjalanan hari ini lumayan juga karena kami berjalan dari tanjung ke tanjung. Beberapa pantai memang masih belum ada jalan langsungnya jadi kami terpaksa hanya melihat dari atas.


pantai wakat. pantai yang paling dekat dari kampung baru

ujung pantai wakat. dimana petualangan sandal licin ini dimulai :))

kurang lebih medannya seperti inilah :D

baru jalan ke satu tanjung aja udah belepotan tanah :))

tapi ya senang kalo di atas bisa lihat yang seger-seger gini :D

Sebenarnya jalan yang paling praktis adalah menyewa perahu nelayan setempat dan minta diantarkan ke pantai yang diinginkan. Jalan daratnya benar-benar tidak direkomendasikan karena curam dan licin (waktu itu sempat hujan gerimis beberapa kali) Menurut Pak Samiun, biasanya dia banyak mengantar turis ke Pantai Pasir Kerbau. Sewaktu kami kesana memang bagus sih sayang cuacanya mendung :( Tapi pasir pantainya putih dan empuukk :D

pak samiun dan pantai pasir kerbau

hampir miriplah dengan batu di pantai belitung,
bedanya batu yang ini tajam-tajam :p

menurut teman saya,
tanaman ini harganya bisa sampai ratusan juta karena langka :O

sayang gak ada skala orangnya,
tapi kita bisa berlindung di bawah kolong itu waktu terkena hujan :D

setiap pantai di sini punya batu yang bertekstur unik,
bahkan pecahan keramik pun banyak :D

seharian rasanya kaya kembali ke jaman dulu.
makan siang dengan air kelapa
dan memakai daun pisang sebagai payung :D

Jam 4 sore akhirnya kami kembali lagi ke kampung baru. Rasanya kaya kerja kantoran tapi di hutan, full 8 jam jalan kaki :D Setelah mengalami banyak pengalaman pilu alias kepleset lebih dari 3 kali dan hampir terjun bebas ke sungai, kami memutuskan untuk meminjam sepatu boots ke warga sekitar. Keputusan yang cerdas sekali namun terlambat :)) Objek yang bisa ditempuh hari itu hanya puncak Gunung Lari. Akibat jalan dan cuaca yang tidak mendukung akhirnya kami melanjutkan pendataan dengan menyewa perahu Pak Samiun. Objek yang belum tersentuh ada di kawasan sebelah barat pulau dan semuanya pantai, jadi kalau mendata dengan perahu akan lebih cepat selesai. Lebar perahunya selebar kalau saya merentangkan kedua tangan. Takut naiknya tapi bikin penasaran :D

sepatu pinjaman yang cuma terpakai sebentar

deg-degan

Perjalanan perahu ternyata tidak semulus yang saya bayangkan, semakin berjalan ke timur ombaknya makin kencang. Foto banyak yang backlight dan blur. Saya sempat berharap bisa bertemu dengan lumba-lumba sayangnya mereka tidak muncul :( Lumba-lumba dianggap teman di sini karena biasanya tempat mereka berenang merupakan pertanda berkumpulnya para ikan tuna. Oiya, di Pulau Hatta ini juga dikenal sasi. Sasi itu semacam peraturan tidak tertulis dalam menangkap hewan laut. Pulau Hatta terkenal dengan siput lola-nya. Ada bulan-bulan dimana semua warga tidak boleh menangkap siput lola dan ikan tertentu agar kelestarian ekosistem lautnya terjaga. Sayang sekali saya tidak datang ketika musim mengambil siput lola, mungkin ini bisa jadi alasan biar saya kembali lagi ke sini ya? :D


sepanjang jalan cerah dan airnya biiruuuu :)

airnya manggil buat nyemplung

pantai asam jawa.
semua pada bingung kenapa namanya asam jawa
padahal gak ada pohon asam jawa sama sekali di situ


Anak Pak Samiun, Igon, dan teman-temannya suka berkumpul di depan rumah ketika sore hari. Karena saya kurang kerjaan ya sudah saya ajak menggambar dan mereka senang sekali :) Saya jadi menyesal nih tidak membawa buku gambar atau buku cerita ke sini. Buat kalian yang nanti berminat berkunjung ke Pulau Hatta, ada baiknya membawa buku mewarnai atau buku cerita ke sini karena mereka senang sekali menggambar yang lucu-lucu. Oiya, ternyata tinggal di sini mengingatkan saya kan kehidupan saya sewaktu kecil yaitu semua anak kecil pasti diberi bedak sampai cemong sehabis mandi! Ada apa sih dengan para ibu dan bedak? :)))

pada rebutan dikasih nilai 100

ada konspirasi apa antara perusahaan bedak dan para ibu? :))


Yang saya suka ketika menjelang malam di sini (dan terjadi juga di Ai serta Rhun) adalah semua bapak-bapak  dan anak mereka akan berangkat untuk salat maghrib berjamaah di masjid :) Suatu hari Igon dan saudaranya mengajak saya untuk ikut salat maghrib. Saya akhirnya ikut karena penasaran dengan suasananya. Begitu saya masuk ternyata yang ada di shaf perempuan hanya ada anak kecil dan beberapa remaja... dan semuanya menoleh ke arah saya. Selesai salat, semua anak-anaknya pada rebutan salaman ke saya :)) Mungkin Igon sudah cerita ke teman-temannya kalau dia punya tamu yang bisa mengajar menggambar, padahal saya cuman nyuruh-nyuruh aja, gak pernah ngajarin :p Intinya, semua anak Pulau Hatta super ramah. Semoga suatu hari bisa kembali lagi ke sana dan kali ini bukan untuk bekerja tapi liburan. Amin! :)

2 comments:

  1. Tulisannya bagus teh, banyak informasinya. Kebetulan aku mau ke Banda tahun ini, bisa lah ke Hatta sambil bawa buku gambar dan cerita buat anak-anak. Nuhun yaaa :)

    ReplyDelete
  2. Tahun Berapa nih Kesana mbak?? sy terakhir kali di Pulau ini Tahun 2002.. Kebetulan orang tua sy berasal dari Pulau Ini...

    ReplyDelete