9 Feb 2015

[Kep. Banda] Pulau Sjahrir


Pulau Sjahrir ini pulau berpenghuni yang ukurannya paling kecil di antara pulau berpenghuni lainnya di Banda. Karena ukurannya yang kecil, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi pulau ini di sela-sela perjalanan dari Pulau Hatta ke Banda Neira. Pulau ini dulunya bernama Pulau Pisang yang akhirnya diganti menjadi Pulau Sjahrir dengan alasan yang kurang lebih sama dengan Pulau Hatta.

perahu yang kami pakai menyusuri pulau sjahrir (yang jadi latar belakang di sebelah kiri)

Agar bisa lebih leluasa bergerak (halah) akhirnya kami menyewa perahu milik Pak Samiun untuk mengantarkan kami kembali ke Banda Neira sekaligus memutari Pulau Sjahrir. Iya. Naik perahu yang kemarin itu. Menyebrangi Laut Banda yang warnanya biru pekat itu. Perut saya agak mules waktu membayangkan harus melewati laut dengan perahu sekecil itu. Akhirnya daripada kenapa-kenapa, saya pakai pelampung. Setidaknya kalaupun perahu terbalik ya saya gak ngerepotin orang :))

Akhirnya kami berempat bertolak dari dermaga. Saya masih bisa dadah-dadah sambil senyum, tapi kecut. Masih kebayang masa-masa kemarin ketika perahu sempat melayang di udara. Tapi saya kan bersama para pelaut handal jadi ya cincaiilaahh :D Semua gadget dimasukan tas dan ditutup papan di bawah depan kapal. Keputusan brilian karena sepanjang jalan rasanya kaya mandi pake ombak :)) Agak takut sih sebenarnya (terimakasih kepada pelampung, setidaknya memberikan rasa aman yang fana) tapi rasanya senang! Kapan lagi kan orang manja ini berkelana naik perahu kecil :))

Bagian paling ngeri adalah pertemuan arus di dekat Banda Besar. Ini yang membuat para pelaut harus pintar-pintar mengarahkan perahunya. Bayangkan saja, setiap ada ombak, perahu harus menempatkan diri tegak lurus dengan arah ombak dan mengikuti gerakannya. Nah, di area pertemuan arus ini gelombangnya dari mana-mana :))) Kebayang gak sih susahnya ngarahin perahu? Walaupun perahu sempat miring-miring (yang saya kira mau kebalik) tapi akhirnya kami selamat sampai di Pulau Sjahrir.

Sebelum berjalan ke dermaganya, kami memutuskan untuk mengelilingi pulau dengan jalan laut. Jarang sekali ternyata ada area pantai karena di ujung pulau didominasi dengan tebing. Oiya, di salah satu tebing yang miring ke arah laut ada satu gubuk yang berdiri. Aneh banget, buat apa coba? :)) Sayang euy, tidak sempat foto karena masih takut mengeluarkan kamera.

pantai belakang.
ini salah satu pantai yang terdeteksi keberadaannya dari jalan laut.
lihat kan itu arusnya? :))

pantainya pun cuma seiprit :p

tanjung seram
tanjung di ujung utara pulau ini menjadi salah satu titik selam.
arusnya juga ngajak berantem.

pulau batu kapal
kata beberapa orang di banda neira, pulau ini adalah
pulau tak berpenghuni yang cuma dihuni oleh para burung dan...ular laut :/

Setelah selesai memutari dan mendata pulau, kami akhirnya memutuskan untuk mampir sebentar ke pulau ini. Ketika perahu mulai mendekati Pantai Muka saya bengong. Airnyaaa jeerrniihhh banggeetttt mmaaaaakkkk! Transparan sampai bisa lihat di bawah ada apa. Bahkan air di sini tenang banget kaya genangan minyak :p Sudah ada beberapa perahu yang tertambat dan sepertinya perahu tersebut milik penduduk sekitar. Saya bertanya kepada bapak-bapak yang sedang nongkrong di dekat situ. Dia bilang hanya ada satu kampung di sini dan letaknya di atas bukit. Ternyata sudah ada jalan beton untuk menuju ke atas taapiiiii..miring sekali! Hampir 45 derajat! :)) Orang sini santai saja jalannya, bahkan banyak yang sambil manggul beras :))

fotografernya gak jago moto. tapi seger kan lihat yang kaya gini? :))

kurang lebih beginilah pemandangan kalau kita ongkang-ongkang kaki di pantai ini

jalan beton dari pantai ke kampung

itu anak tangganya juga miring ke bawah :))

Kampung di pulau ini penduduknya masih sedikit sekali. Masih sepiiii dan jarang ada turis yang menginap di sini walaupun di depan pantai saya turun tadi ada rumah yang bertuliskan Pondok Wisata (penginapan) Mailena. Ketika saya coba mau datangi, pagarnya terkunci dan tidak ada penampakan kehidupan sama sekali. Kembali ke kampung Pulau Sjahrir. Jalan beton tersebut ternyata cukup panjang dan rumah warga berada di kanan-kiri jalan tersebut namun tidak dalam urutan yang rapih. 


rumah warga ada di kanan-kiri jalan ini

ini salah satu rumah yang menarik perhatian saya.
jadi penasaran, rumah tradisional banda apa seperti ini?

ada beberapa warga yang membuat kolam pasir di depan rumahnya
dan dipakai untuk bermain sang anak

burung walor
burung khas daerah sini. saya beruntung sekali bisa lihat bentuknya :D

Ya begitulah cerita berjalan-jalan di Pulau Sjahrir (saya masih lebih senang menyebutnya dengan nama Pulau Pisang). Tidak banyak yang bisa dilihat di darat, tapi titik penyelaman di pulau ini luar biasa bagus. Saya pernah lihat video instagramnya Marischka Prudence ketika dia menyelam di Tanjung Seram. Bikin sirik! :)) Nanti kalau ada yang mencoba menginap di pulau ini, cerita-cerita ya! :D

No comments:

Post a Comment