5 Jun 2010

Kopi Aroma

















Tadi pagi, saya pergi ke Kopi Aroma,pabrik kopi yang terkenal seBandung. Letaknya di Jalan Banceuy 51, Bandung. Dari 22 tahun hidup, baru sekali ini saya menjejakkan kaki ke pabrik kopi ini. Tempatnya kecil, tapi yang ngantri buanyak sekali! Begitu masuk,langsung disambut toples-toples biji kopi dan tulisan Robusta Arabica. Oohh..rupanya disini hanya untuk memesan bubuk kopinya saja, dan yang dijual hanya dua jenis ini saja.














































































Setelah tokonya mulai sepi, teman saya iseng bertanya, apa boleh masuk ke dalam dan lihat gudang kopinya? Ternyata boleh! tapi harus bersama Bapak pemiliknya. Lalu saya tanya, Bapaknya ada dimana? Eehh..orangnya langsung datang, dan spontan bilang, Ayok masuk! Ahiy! Senang sekali! :D Begitu masuk, barang yang terlihat cuma karung goni bertumpuk-tumpuk, mobil dan sepeda kumbang yang ditaruh di langit-langit!


























































Nama Bapak yang mengajak saya masuk adalah Bapak Widya, generasi kedua Kopi Aroma. Ayahnya yang membangun toko ini dari tahun 1930. Sempat bekerja pada Belanda di tahun 1920 dan akhirnya membuat toko sendiri 10 tahun kemudian. Dan ternyata bangunannya belum pernah sekalipun direnovasi! *langsung teringat atap rumah yang bocor*
Ternyata Pak Widya ini teman ibunya dosen saya!Hihihihi! Orangnya ramah sekali, dengan cepat, dia menjelaskan tentang beberapa hal mengenai kopi Aroma.






















Awalnya, saya dikasih lihat biji kopi yang ada di bawah mobil. Ada 5 tempayan, salah duanya isinya Robusta yang sudah berumur 5 tahun dan Arabika yang berumur 8 tahun. Biji kopinya berwarna coklat. Pak Widya bilang, kopi yang masih baru warnanya hijau dan biasa dipakai oleh produk-kopi-instan. Padahal, seharusnya kopi perlu disimpan lama agar rasanya enak. Kopi-instan itu enaknya karena pakai essence (bener gak nih nulisnya?). Cara membuktikannya bisa dirasa ketika di WC, yaitu ketika -maaf- buang air kecil, kalau terasa ada bau-bau kopinya, ya berarti produk kopi hijau.





































Lalu, teman saya tanya, apa bedanya kopi Robusta dan Arabika? Pak Widya bilang bedanya di rasa dan khasiatnya. Kopi Arabika cocok untuk orang yang terkena darah tinggi dan kolesterol, sedangkan kopi Ribusta cocok untuk orang yang terkena darah rendah dan rasanya lebih pahit. Selain itu, ternyata kopi Robusta juga punya khasiat memberi rasa "greng" untuk para pria loh, tapi jangan dikasih ke orang yang masih single, bisa-bisa nanti jadi kewalahan! Selain itu, Robusta cocok diminum untuk orang-orang yang akan bekerja berat atau belajar. Saya langsung menyesal kenapa tidak tahu hal ini ketika masa-masa begadang TA dulu. Hahahaha!

















Bahan bakar pembuatan kopinya pun masih pakai limbah karet. Kata Pak Widya sih, karena sudah turun menurun dan lebih ramah lingkungan. Semua prosesnya dibiarkan apa adanya, tanpa akselerasi seperti produk kopi lainnya. Intinya toko Aroma ini benar-benar mengutamakan kualitas kopinya. Semuanya dilakukan dengan telaten dan Pak Widya juga tidak berminat untuk membuka cabang di tempat lain sampai saat ini. Jadi,yang mau kopinya,ayo ke Bandung! :)



















Tur yang menyenangkan, setidaknya pengetahuan saya bertambah 7MB hari ini. Terimakasih Pak Widya! :)

No comments:

Post a Comment