tampilannya seperti kapal titanic :D |
Postingan ini saya buat karena saya banyak mendapat pengalaman ajaib selama naik kapal ini ketika perjalanan dari dan menuju Banda Neira. Maklum, ini kali pertama saya naik kapal sebesar ini dengan waktu yang terbilang lama, sampai 8 jam! Awalnya agak takut sih, karena ya kalau sampai ada apa-apa saya kan gak jago-jago amat berenang. Gimana gak khawatir? Orang yang naik perahu ini tuh banyak banget dan udah pasti lebih dari jumlah tiket resmi yang dijual. Eits, tapi jangan keburu takut! Aman kok naik perahu ini asal berhati-hati sama yang namanya copet aja. Ini wejangan yang saya dapat dari petugas di pelabuhan. Orang-orang sudah mengantri dari siang di ruang tunggu pelabuhan, begitu saya datang sekitar jam 5 kantor pelabuhan sudah seperti pasar. Rame banget! Paling asyik kalau kita lihat bawaan orang yang luar biasa anehnya, ada yang gede banget segede kulkas sampai ada yang digulung kaya guling besar, gak tau deh isinya apa itu :)))
tumpek tublek kaya di pasar |
plastik di sebelah kanan ini populer banget sebagai pembungkus barang, ukurannya pun ada yang hampir menyaingi kulkas :))) |
Konon, penerbangan Ambon-Banda Neira sudah dibuka kembali. Kalau ingin cepat sampai tempat tujuan, sebaiknya pilih pesawat saja. Namun, kalau ingin menambah pengalaman hidup (jailah bahasanya) bisa coba naik kapal tidar. Tapii...ambil tiket kelas, jangan yang ekonomi, karena yang ekonomi sistemnya kaya di hutan rimba. Ini terjadi sama saya ketika perjalanan pulang dari Banda Neira. Kalau punya tiket kelas, dijamin bisa tidur karena sudah pasti dapat kamar, namun tergantung tipe kelasnya. Makin tinggi kelasnya, makin sedikit teman sekamarnya. Tapi jangan terlalu berharap kamarnya kaya hotel ya, karena isinya hanya kasur putih, bantal kecil tanpa selimut dan AC yang tingkat kedinginannya cuma 10%. Jadi, mending pilih tempat tidur yang di atas biar bisa ngerasain semilir AC. Oiya, sewaktu kapal datang, santai saja, tidak usah berebut masuk kapal. Ketika kericuhan masuk kapal itulah banyak para copet yang beraksi. Yang berebut masuk kapal itu biasanya adalah pemilik tiket ekonomi karena sistemnya siapa cepat masuk ke dalam dia dapat kasur. Kalau sudah memegang tiket kelas ya sudah aman karena kita sudah pasti punya kamar. Paling nyaman kalau membawa tas punggung atau carrier karena kita harus memanjat naik dan turun di tangga kapal. Yang paling rawan adalah ketika turun dari kapal menuju ke darat karena bentuk anak tangganya agak melengkung dan susuran tangganya hanya berupa tali. Jadi, gak usah pake acara dadah-dadah kaya penyambutan presiden.
kamar kelas 3 |
Sewaktu berangkat dari Ambon ke Banda Neira, saya dapat tiket kelas 3. Kamar diisi dengan 6 buah tempat tidur dan lemari penyimpanan tas yang berguna banget terutama buat yang ingin jalan-jalan keliling kapal (kalau masih bisa jalan sih, karena biasanya banyak yang tidur di tangga atau lorong). Begitu masuk kapal, kita harus menuju dek 5 untuk mengambil kunci kamar dan loker terlebih dahulu dengan memberi uang jaminan yang saya lupa nominalnya. Awalnya saya dan teman saya mau jalan-jalan setelah meletakkan tas, tapi melihat banyaknya orang yang berkumpul bahkan sampai tidur di tangga membuat kami mengurungkan niat. Kami sepakat, lebih baik tidur saja. Oiya, untuk yang bingung mencari makan tidak usah bingung karena ada ABK yang berkeliling berjualan nasi ayam.
lemari penyimpanan cukup besar dan bisa memuat tas carrier 40L |
lorong di kelas 3 |
Sebelum tidur, kami memutuskan untuk ke kamar mandi kapal. Sebenarnya saya agak-agak gimana gitu karena biasanya kan toilet umum di kita kan yagitudeh. Setelah kami menemukan toiletnya, kami cuma bisa tersenyum kecut. Toiletnya didominasi dengan warna putih dan kuning. Ada air tergenang di dekat area toilet jongkoknya, yang saya gak tahu itu air apa, bening sih airnya tapi...hehehe. Saya dan teman saya agak hati-hati ketika melewati genangan itu, sampai tiba-tiba ada seorang ibu yang masuk dan cueknya jalan di atas genangan padahal dia pakai sandal! kan berarti...... :)))))
di pintu sebelah kirilah sang ibu berada, untung bukan genangan masa lalu yang tersapu kaki ibunya :)) |
Saya orangnya emang suka toilet yang rapih-wangi-kering (ya semua orang juga suka kaliiii) jadi waktu itu agak siyok berat waktu ngelihat ada yang naruh plastik isi cairan warna coklat di wastafelnya. Apa coba itu? Sampai saya saja gak berani foto :))) Ya sudah, akhirnya kami kembali ke kamar. Sayangnya saya agak susah tidur karena ruangan terasa panas. Hawa dingin AC tidak terasa karena saya kebagian tidur di bawah.
Oiya, sekitar satu jam setelah kapal berangkat, semua pintu ke luar menuju dek kapal akan dikunci karena ada ABK yang akan berkeliling dan memeriksa tiket penumpang. Di kamar saya, ada dua orang yang tidak punya tiket kelas tapi memegang tiket ekonomi dan sepertinya masih kerabat dengan penumpang yang lain. Jadi, setelah ada pengumuman akan ada pemeriksaan karcis, kedua orang itu pergi dari kamar (cukup lama juga loh mereka pergi, hampir sekitar satu jam) dan kembali lagi setelah pemeriksa karcis pergi. Ohh..ternyata begini toh taktik biar bisa ikut tidur di kelas dengan membeli tiket ekonomi. Rasanya kaya habis nonton film warkop.
Oiya, sekitar satu jam setelah kapal berangkat, semua pintu ke luar menuju dek kapal akan dikunci karena ada ABK yang akan berkeliling dan memeriksa tiket penumpang. Di kamar saya, ada dua orang yang tidak punya tiket kelas tapi memegang tiket ekonomi dan sepertinya masih kerabat dengan penumpang yang lain. Jadi, setelah ada pengumuman akan ada pemeriksaan karcis, kedua orang itu pergi dari kamar (cukup lama juga loh mereka pergi, hampir sekitar satu jam) dan kembali lagi setelah pemeriksa karcis pergi. Ohh..ternyata begini toh taktik biar bisa ikut tidur di kelas dengan membeli tiket ekonomi. Rasanya kaya habis nonton film warkop.
Pengalaman pulang dari Banda Neira ke Ambon juga tidak kalah epiknya. Sayangnya, saya tidak sempat mengambil satu fotopun saat itu. Dimulai dari sulitnya memesan tiket pulang dari Banda yang menurut saya tidak transparan. Tiket tidak pernah bisa dipesan dari jauh hari, tapi ketika sudah h-1 tiket kelas dinyatakan sudah habis. Penyebabnya adalah semua pegawai tinggi pemerintah di Banda diminta untuk pergi dinas ke Ambon, jadi semua tiket kelas diborong oleh mereka. Akibatnya? Ya kami cuma dapat tiket ekonomi yang mana mengakibatkan sepanjang perjalanan duduk mengampar di dek kapal sampai kehujanan :)))
Nah, di sini cerita menariknya. Dengan duduk di dek kapal saya jadi bisa tahu kegiatan kebanyakan orang di kapal ini. Jadi, selain duduk-duduk di susuran dek kapal, ada satu kebiasaan yang sering saya lihat. Kebiasaan itu adalah.... meludah. Iya. Meludah yang hoak-cuh itu :))) Banyak banget yang dengan enaknya meludah ke lantai dek. Terus kebayang kan ketika gerimis lantai deknya jadi basah dan setelah gerimisnya agak reda banyak anak-anak yang berlarian main di dek. Yang artinya.. bekas ludah itu muncrat kemana-manaaaaa :))) Udah gak ngerti lagi deh rasanya waktu itu. Sebagai orang yang jongkok di dek, saya sudah cukup pasrah menerima nasib.
Ada lagi cerita mas bule yang kebetulan duduk ngampar di sebelah kami. Ketika kapal baru berangkat pergi, dia dan salah satu teman saya berdiri di pinggir kapal. Teman saya basa basi nanya ke mas bule tersebut tapi mas bule malah jawab kalau dia gak mau ngobrol sama siapapun dengan muka jutek :)) Mas bule kayanya emang lagi pms, karena sepanjang duduk mukanya cemberut terus. Yaudah sih terima aja keadaan, anggap aja pengalaman. Untung setengah jam kemudian dia pindah tempat. Baguslah, saya gak bisa bayangin harus 8 jam sebelahan sama orang yang cemberut terus.
Setelah mas bule pergi, spot diganti oleh mang penjual pop mie. Pop mie nya sih gak masalah, yang jadi masalah adalah ketika dia datang membawa kardus baru pop mie yang dia ambil dari gudang kapal. Begitu dia buka kardusnya, ratusan kecoa dari yang kecil sampai besar kkelluuaaarrr semmuuuaaaa!!! *langsung pingsan*
Setelah drama pembantaian kecoa berakhir, saya dan Rinta memutuskan untuk menonton bioskop kapal. Iya, kapal ini punya ruang di dek bawah yang difungsikan sebagai bioskop. Harga tiketnya 15ribu rupiah. Yang membuat kami ingin mencoba nonton selain karena ingin menghabiskan waktu adalah karena mendengar pengumuman dari ABK tentang promosi filmnya. Lucu dan antuasias sekali! Sayang euy, tidak saya rekam :D Awalnya saya tidak tahu judul film yang akan saya tonton. Setelah lihat cuplikan awal film, saya baru sadar ternyata ini filmnya Jupppeee :))) Gak usah dikomentarinlah ya filmnya macam apa :p
saya masih simpan potongan tiketnya :D |
Pengalaman ajaib terakhir yang saya lihat adalah ketika ada seorang nenek yang sedang berdiri memegang susuran dek kapal. Awalnya biasa saja...
...terus dia batuk
...terus dia bersin
...terus dia bersin
...terus dia buang ingus
...terus dia tatap ingus yang ada di tangannya....
...
...
...
...dan akhirnya dia lap ingus itu ke susuran dek kapal :))))
Jadi saudara-saudara, berhati-hatilah dengan memegang susuran dek kapal tidar :))) Pokoknya pengalaman naik kapal tidar ini gak akan saya lupakan seumur hidup karena ini adalah salah satu cerita paling menarik di Banda yang bisa saya ceritakan ke orang lain. Oiya, ada yang punya pengalaman yang sama dengan kapal ini? Bagi-bagi ceritanya ya!
Hidup kapal tidar! :D
Hidup kapal tidar! :D