|
hallo, pohon sakura! :D |
Akhirnya saya pergi ke Jepang! Enaknya bahasnya gimana ya? Kayanya lebih enak kalau kita pemanasan dulu ya, daripada membahas per objek lebih baik me-review dulu kesan pertama saya selama di Jepang bulan April tahun lalu *buset lama banget interval liputannya*
Orang Jepang Banyak yang Tidak Bisa Bahasa Inggris
Ini yang bikin agak susah kalau jalan-jalan di sana, apalagi kalau sedang tersesat. Mau bertanya pun sulit karena jadinya dua-duanya malah pakai bahasa tarzan. Mending kalo nyambung, lah kalo satu ngomong A satu ngomong B gimana? :))) Oiya, pengucapan 'L' juga diganti dengan 'R' dan tidak ada konsonan mati. Jadi waktu saya tanya apakah ada tiket museum ghibli, mereka bingung, setelah beberapa lama mereka baru mengerti "Oh! Gibiru!" Oalaahhhh maasss :))) Oiya, walaupun mereka paham kalau kita tidak bisa berbahasa jepang, mereka akan keukeuh menjelaskan dalam bahasa jepang dan tempo yang cepat pula. Jangan panik! fokus saja pada gerakan tubuh dan kata-katanya. Lama-lama nanti juga mengerti maksud dia apa :D
|
harajuku. super penuh terutama saat weekend |
Orang Jepang Baiknya Minta Ampun
Serius! Mereka kalau nolong gak tanggung-tanggung loh! Waktu itu kami bingung mencari jalur kereta. Karena tidak yakin, akhirnya kami bertanya ke salah satu perempuan berseragam di sana. Awalnya dia hanya mengangguk-angguk saja tapi kemudian... dia lari ke ujung stasiun! Loh? Mbak? Kami salah apa sampai takut begitu? :))) Awalnya kami kira dia malu dan malas ditanya-tanyai. Eh! Ternyata beberapa menit sebelum kereta datang, dia kembali lagi terus bilang "iya benar, ini kereta yg kalian cari" dalam bahasa tarzan. Rupanya dia tadi lari ke ujung untuk melihat peta kereta dan memastikan bahwa jalur kereta kami sudah benar.
Arigatou Gozaimasu!! :')
|
di sana, hampir semua pria memakai jas. apa karena cuaca lagi dingin ya? |
Susah Cari Makanan Halal
Walaupun sudah ada beberapa guide yang berisi list restoran halal, tetap saja susah kalau kita liburan dengan sistem go-show. Akhirnya dengan berbekal bismillah *hahahaha sesat memang* saya selalu pilih ikan, ayam atau daging sapi kalau makan di restoran *lho yaiyalaahh..masa pilih babi* Kalau sarapan, saya selalu beli onigiri (karena murah meriah) dan biasanya kalau beli bento saya tanya dahulu ke penjualnya makanannya mengandung babi atau tidak. Oiya, babi di bahasa jepang disebut "buta". Jadi tinggal tunjuk makanannya terus bilang "no buta" nanti dia akan mencarikan kok mana makanan yang tidak mengandung babi :') Di jepang ini juga merupakan pertama kalinya saya makan sushi, sebelumnya gak pernah karena saya gak pernah tertarik makan ikan. Waktu coba di sini, waahhh ternyata sushi enak yaaa *katrok* dan baru beberapa bulan lalu saya baru tahu kalau (sebagian besar) nasi di sushi ada campuran sakenya! Untung udah pernah nyobbaaa *sesaatt hahahahaha* Tapi serius deh, makanan di sana enak-enak semmuuaaaaaa :D
|
gimana? ngiler gak? |
Lebih Susah Lagi Cari Tempat Shalat
Secara Islam adalah agama minoritas di sini, makanya saya gak pernah lihat masjid. Akhirnya, kami selalu shalat di tempat-tempat gak wajar, hahahaha! Pernah kami shalat di belakang pohon besar, rasanya kaya lagi bikin ritual pemujaan banget gak sih :))) Pernah juga saya shalat di depan kuil sepi, rasanya kaya berdosa, bukannya nyembah kuil kok malah shalat :))) Yang paling asyik sih waktu di Teshima Art Museum, kebetulan ada dua kursi di atas bukit dan akhirnya kita sholat di kursi itu dengan pemandangan laut! Owsem! Walopun ya gak bisa liat lautnya pas shalat, kan liatnya ke bawah :)) Oiya, setelah ngobrol sama teman di sini, ada tips bagus untuk dapet tempat shalat. Teman saya biasanya suka pura-pura milih baju terus ke ruang gantinya cuma buat shalat di ruang gantinya :))) Gila! BRILIAN!!! :))
|
lihat teman saya yang di balik pohon itu? iya, dia lagi shalat :)) |
Beda Kota Beda Suasana
Disadari atau tidak, tapi memang tiap kota punya aura yang berbeda. Tokyo menurut saya modern sekali, sedangkan kyoto lebih kuat unsur tradisionalnya. Saya paling ingat waktu berkunjung ke Yokohama. Begitu keluar dari stasiun, rasanya kaya di Eropa! Bangunan-bangunannya mirip dengan di Eropa. Saya langsung asal mengambil kesimpulan "Oh, mungkin ini sebabnya beberapa setting di Ghibli banyak unsur eropanya" *sok tau*
|
begitu keluar stasiun yokohama langsung yakin kalau pintu ke mana saja itu ada :)) |
Ukuran Rumah Super Mini
Setelah diamati, kebanyakan ukuran rumah di sana kecil-keciiillll. Walaupun kecil tapi tetap rapih dan bagus, bikin gemesss! Gak cuma rumah sih, tempat nginep kami disana juga super kecil. Satu kamar diisi berenam dan space kosong yang ada cuma bisa buat jalan. Jadi kalau packing koper harus gantian :)) Saya sih bawa tas carrier, jadi bisa digotong ke kasur atas buat packing.
|
keliatan kan daun pintu di sebelah kanan? ya semini itulah kamar kami :p |
Lebih Sering Bertemu Lansia daripada Bayi
Dulu sebelum saya ke Jepang, teman saya bilang kalau tingkat pertumbuhan di Jepang bentuknya piramida terbalik. Anak mudanya banyak yang memutuskan untuk tidak mau punya anak. Padahal fasilitas melahirkan di sana bagus sekali lho, sampai bayi teman saya (padahal bukan orang Jepang) diberi uang tunjangan per bulan. Wow! *langsung daftar jadi bayi di Jepang* Kalau sering berpergian lewat stasiun, pasti sering deh melihat para pasangan opa-oma yang sedang membaca peta. Banyak yang dari mereka sedang berjalan-jalan berdua saja. Ooowww..so swweettt! :)
|
opa-oma yang saya lihat bukan yang ini sih. kalau yang ini gak sengaja kepotret sewaktu di tokyo station :p |
Museum di Jepang Tidak Ramah Kamera
Museum di sini sama sekali gak cocok buat orang yang suka pamer, soalnya banyak museum yang melarang tamunya untuk mengambil foto. Biasanya, museum yang terkenal sebagai karya arsitektur atau yang memiliki koleksi khusus. Tapi tidak semua museum seperti itu kok, masih banyak museum lain yang mempersilakan pengunjungnya untuk mengambil foto. Menurut saya, museum di Jepang sudah bukan di taraf sebagai pemberi informasi lagi tapi sudah masuk ke taraf menghargai suatu karya. Pihak museum ingin pengunjungnya berkonsentrasi pada karya dan bangunannya. Jika kamera diperbolehkan, pasti akan banyak orang yang sibuk dengan kameranya sendiri. Saya sendiri sih menyukai konsep ini karena ada saatnya memang kamera lebih enak untuk diistirahatkan :)
|
teshima art museum. museum paling ajaib menurut saya :) |
Sensasi Naik Kereta di Jam Berangkat Kerja
Siapa bilang kalau di negara maju gak kenal sedek-sedekkan? Pengalaman ini saya alami sendiri waktu mau jalan ke Fukutake Hall. Iya sih, saya perginya pas banget jam orang berangkat kerja. Tapi kaget juga loh kalo ternyata orang yang ngantri buanyyaaakkk banget! Sampe ada petugasnya yang siap dorong-dorongin biar orangnya pada cukup masuk ke dalam kereta. Waktu sudah di dalam kereta asli gak bisa gerak sama sekali. Semua sisi nempel sama orang lain. Bisa loh itu cuma berdiri pake satu kaki saking penuhnya :))) Perjuangan gak sampai di situ, pas mau keluar paling gak enak kalau jauh dari pintu, harus nerobos lautan orang sambil ngomong "excuse me...excuse me.." Begitu di luar rasanya langsung berasa di gunung karena udara seger banget :)) Jumlah orang yang di dalam kereta menurut saya gak jauh beda sama orang yang nyebrang di Shibuya :p
Tepat Waktu
Karena sudah canggih, semua transportasi jadi bisa terprediksi waktunya. Biasanya di setiap peron ada papan yang menunjukkan kereta selanjutnya akan datang jam berapa. Gak tanggung-tanggung, tepat waktunya benar-benar hitungan menit! Gak kaya kita yang biasanya dibulatkan jadi 5.15 atau 7.30, kereta di sana jadwalnya bisa 5.14 atau 7.32 dan ketika saya cocokkan dengan jam stasiun hasilnya sama! Jarang sekali meleset, sekalinya meleset karena keretanya datang kecepetan, bukan terlambat! Oiya, pernah beberapa kereta delay dan ada keterangannya di papan. Kemarin ada yang bilang, kalau keterangannya 'injury' (eh atau accident ya? duh lupa) biasanya karena ada yang bunuh diri menabrakkan diri ke kereta. Hiiiii~ Gak tau bener apa gak tuh.
|
stasiunnya gak beda dengan di kita kan? |
Naik Bis Gak Bisa Kabur
Beda dengan bis pada umumnya, bis di Jepang naiknya dari pintu belakang. Pembayarannya bisa pake kartu tap atau bayar tunai. Biasanya kalau bayar tunai ketika masuk bis kita mengambil secarik kertas yang keluar di dekat pintu. Nomor di kertas itu yang jadi patokan harga ketika kita turun. Cara menghitung biayanya adalah cocokkan nomor di kertas dengan layar di depan bis. Makin jauh tempatnya makin mahal harganya *yaiyalah* Karena masuknya dari pintu belakang maka keluarnya dari pintu depan, dan membayar ke mesin uang di sebelah supir. Masalah utama kalau naik bis sebenarnya bukan di membayarnya, tapi waktu kita gak tahu halte tujuan kita sejauh apa! Jadi sebelum bis berhenti di halte tujuan biasanya ada suara dalam bahasa jepang yang menyebutkan nama halte berikutnya. Mendengarkan ini juga butuh skill tinggi karena bahasanya cukup cepat :)))
Kereta dan Mall adalah Tempat Paling Menyenangkan
Kenapa? Karena mereka punya penghangat ruangan :D Buat orang tropis seperti kami ini ya wajar pada kedinginan waktu suhu 7derajat. Baru kali ini akhirnya merasakan bahwa kehangatan lebih dibutuhkan di dunia ini #maklumanaktropis
|
omotesando hills yang memberikan kami kehangatan |
Toiletnya Berair!
Ini dia permasalahan para perempuan kalau ke luar negeri. Ribet kalau mau ***** karena jarang ada yang punya jetwasher di toiletnya. Tapi tenang, biasanya di wc mall atau hotel sudah canggih karena dilengkapi dengan kucuran air *halah bahasanya* Tinggal pilih mode kucuran yang ada di sebelah kanan maka dunia akan terbebas dari perang dunia ketiga. Oiya, bahkan wc ini dilengkapi dengan suara air mengalir untuk menutupi suara pipis :)) Tapi tetap waspada ya *duileh kaya iklan siskamling aja* karena tidak semua wc secanggih ini, di beberapa stasiun kecil, wcnya biasa dan tidak ada air.
|
all you need is pencet-pencet |
Pengganti Sarung Tangan
Vending Machine rasanya bisa jadi penyelamat terutama ketika musim peralihan dari musim dingin. Apalagi buat orang yang pongah kalau angin bulan April masih bisa ditahan. SALAH BESAR SAUDARA-SAUDARA! Suhu sih boleh 7derajat, tapi anginnya yang berhembus rasanya kaya nampar pake balok es! Ditambah gak bawa sarung tangan. Lengkaplah sudah penderitaanmu,nak. Tapi tenang saja, solusinya adalah di vending machine. Kami akhirnya menghangatkan diri dengan... membeli kaleng minuman hangat di vending machine :))) 2 kaleng yang hangat itu langsung dipegang dan disisipkan ke kantong jaket. Voala! Masalah pun selesai! Trust me, It works! *senderan ke dada mas-mas L-men*
|
pengganti sarung tangan |
Melihat tempat sampah bagaikan teman lama
Serius. Ini saya alami karena tempat sampah di Jepang itu jaarraaanngggggg... sekali. Mau gak mau saya harus mengantongi sampah di tas dan berpikir 532x sebelum membeli makanan yang 'berkuah' Kata teman saya yang di sana, orang Jepang sudah biasa punya 'kantong sampah kecil' di tasnya yang akhirnya nanti baru dibuang setelah sampai rumah. Hebat ya! Makanya disana bisa super bersih! Tapi kemarin saya kebagian lihat ada emak-emak yang nyingsring terus nutup hidungnya langsung pake tangan dan sesudahnya dipeperin ke bajunya. Kejadian itu berulang terus sampe saya turun dari kereta :)))
|
kalo penasaran bersihnya kaya apa, lihat aja sungai ini. gile bener. |
Dah! Kurang lebih itulah kesan pertama saya bertemu Jepang! Sangat berkesan sekali apalagi perginya bareng teman-teman yang super aneh :)) Oiya, berkat ke-pedit-an kita untuk membeli nomor Jepang, akhirnya kami hanya berbekal pada peta dan catatan kecil. Gara-gara itu, petualangan jalan-jalan ini jadi semakin seru!
Tunggu episode berikutnya ya! :D