Postingan ini dipersembahkan oleh segala keriweuhan saya ketika mencoba daftar bpjs via online. Beberapa testimoni menyarankan untuk mendaftarkan bpjs lewat online saja karena tidak perlu mengantri di kantor bpjs (yang antriannya banyak banget itu) ketika mau menukarkan kartunya. Nah, sepertinya sekarang peraturannya sudah berubah karena print e-id yang didapatkan dari proses online ini tidak perlu ditukar dengan kartu lagi ke kantor bpjs! Yeeaayy! Semua bisa beres dari rumah!
Tappiii... Ternyata proses yang saya alami sayangnya lagi kebagian yang kurang beruntung karena jaringannya wes-ewes-ewes-bablas-sinyaleee~ (eh, tapi sekarang webnya udah gak lelet lagi loohh, yeeaayy!)
Sebenarnya mudah sekali prosesnya. Pertama, kita perlu masuk ke
website bpjs dan mengisi data-data yang diperlukan. Data yang paling dibutuhkan adalah (1) Nomor KTP (2) Nomor HP (3) Nomor KK (4) Alamat Email dan (5) Nomor Rekening Bank BNI/BRI/Mandiri. Oiya, ada tips ketika mengisi fasilitas kesehatan (faskes) yang akan dipilih, sebaiknya kita sudah mengetahui dimana faskes tingkat 1 yang akan kita pilih. Pilihannya bisa klinik/puskesmas/dokter dekat rumah kita atau tempat langganan ketika kita sakit. Nah, tidak semua dokter sudah bekerja sama dengan BPJS, makanya pilihan faskes harus dicek dulu di
sini. Dalam sistem BPJS, semua yang sakit (kecuali dalam keadaan darurat ya) harus ke faskes tingkat 1 terlebih dahulu, baru setelah itu (jika dirasa perlu) bisa lanjut ke pengobatan dokter spesialis.
Oiya, saya melakukan kesalahan saat memasukkan faskes karena lupa meng-scroll halaman ke bawah, saya kira pilihannya hanya itu saja (maklum ukuran laptop saya kecil) ternyata masih ada lanjutan halamannya dong! zzzzz.. -_____- jangan ulang kesalahan saya ya! Jika semua data sudah terisi maka secara otomatis akan keluar nomor BPJS kita. Nahh.. masalahnya kalau webnya lagi 'ngadat' siap-siap deh nunggu loading sampe lebaran kuda, biasanya ini terjadi di data yang membutuhkan pilihan seperti desa tempat tinggal dan fasilitas kesehatan yang dipilih.
|
ini form online yang harus diisi, kalau jaringan lancar gak sampai 10 menit kok! |
Kedua, setelah semua data terisi, klik simpan di bagian bawah formulir. Setelah itu, kita tinggal cek email. Dari email yang dikirim bpjs nanti ada link untuk aktivasi pembayaran dan nomor virtual account bpjs. Setelah itu tinggal bayar deh! Lebih enak lagi kalau kita punya internet banking jadi gak perlu pergi dari rumah. Kalau saya punya internet banking mandiri, nanti tinggal masuk ke bagian bayar > asuransi > bpjs kesehatan individu. Jangan lupa masukkan nomor virtual account dan jumlah bulan. Oiya, dulu ada yang bilang kalau cuma bisa membayar 1 bulan saja, tapi kemarin saya mencoba bisa langsung bayar 2 bulan juga loh ternyata! Sudah? berarti bagian bayar membayar beres!
|
nomor VA bisa dilihat dari link aktivasi BPJS via email |
Ketiga, kalau bayar membayar sudah beres maka otomatis dari bpjs akan mengaktifkan file unduhan kartu e-id yang bisa langsung digunakan. Jadi, sekarang tidak usah repot-repot datang ke kantor bpjs untuk menukarkan dengan kartu asli karena print e-id pun sudah terbukti sah. Masalahnya, ukuran e-id itu besar sekali, hampir seukuran buku tabungan. Kalau saya sih akhirnya saya kecilkan sendiri di photoshop dan menggunting bagian-bagian yang gak berguna. Yang diperlukan kan cuma nomor dan barcodenya saja toh? Setelah itu tinggal di-laminating saja dan hasilnya bisa masuk dompet!
|
Voala! Jadi deh Kartu BPJSnya! |
Oiya, tapi setelah diprint, kartu gak bisa langsung dipakai ya.Tanggal mula penggunaan kartu bisa dilihat di bawah barcode. Sebagai percobaan, akhirnya saya mulai mencoba pakai kartunya (setelah sekitar 2 minggu setelah bikin kartu) sekalian mau mencoba bikin kacamata baru. Ternyata begitu ke klinik, kartunya sudah bisa dipakai. Kita cuma perlu bawa kartu bpjs dan ktp. Setelah itu akan dicatat (masih manual ternyata) oleh suster dan tinggal menunggu dipanggil ke dokter. Karena saya mau periksa mata dan buat kacamata akhirnya dokter menulis rujukan ke spesialis mata.
Nah, sehabis itu saya langsung datang ke rumah sakit yg ditunjuk oleh dokter (kita bisa pilih kok rumah sakitnya, nanti dokternya akan memberi tahu rumah sakit yang bekerja sama dengan bpjs atau tidak) Saya pilih rumah sakit immanuel (bandung) karena dulu biasa diperiksa disitu. Area pasien bpjs terletak di sebelah ruang ugd. Waktu saya datang jam sudah menunjukkan jam 11 lebih dan ternyata jatah pasien bpjs sudah habis! :(
Nah, akibat kejadian ini saya jadi tahu ternyata rumah sakit memberi jatah pasien bpjs per harinya, jadi tidak semua pasien bpjs akan siap dilayani. Jatah yang disiapkan rumah sakit immanuel hanya 180 orang per hari dan tiket nomor urut sudah bisa diambil dari jam 5.30 pagi sedangkan pelayanan pasien bpjs baru dibuka jam 8 pagi. Karena nomor urutnya hanya sedikit, akhirnya banyak orang yang rela datang pagi hanya untuk mengambil nomor kemudian pulang lagi. Saya akhirnya datang keesokan harinya jam 6.30 dan mendapat nomor 99! Huft! Untung masih dapat xp
|
ini nomor urut yang diperebutkan secara membabi-buta *halah* |
Karena saya dapat nomor 99, saya santai-santai saja di rumah dan baru sampai rumah sakit jam 9 pagi. Eh! Ternyata nomor antrian yang dipanggil sudah sampai 93, wow! Cepat sekali! Setelah dipanggil ke pos1, saya baru sadar bahwa ternyata panggilan nomor urut ini hanya untuk mencetak kertas yang isinya verifikasi bahwa kita memang terdaftar dalam bpjs. Selanjutnya kita disuruh mengantri ke pos 2. Nah, di pos 2 ini kita harus mempersiapkan (1) fotokopi ktp (2) fotokopi kartu bpjs (3) fotokopi surat rujukan dan (4) kartu pasien rumah sakit (kalau ada). Sebaiknya dokumen ini dipersiapkan sebelum pergi dari rumah agar leluasa dalam bergerak luwes mengantri di pos 2.
Anehnya, walaupun sudah diberi nomor urut antrian di pos 2, tapi pasien tetap saja mengantri berdiri dan petugas tetap melayani meskipun nomornya tidak berurutan. Terus apa gunanya dikasih nomor? Zzz.. Di pos ini, pasien didata untuk keperluan administrasi rs dan bpjs. Dari semua proses, ini sih yang paling lama. Apalagi kalau pasien belum punya kartu berobat di rumah sakit tersebut. Petugas terpaksa harua mengetik ulang biodata pasien dulu. Kebayang kan lamanya? Saya kebetulan sudah punya kartu pasien rs immanuel jadi petugasnya tinggal memasukkan nomor kartu dan beres! Setelah itu, kita akan diberi beberapa berkas kertas dan diarahkan langsung ke tempat dokter spesialis mata. Sebelum menemui dokter, saya disuruh ke poli mata di lt.3 untuk diperiksa dengan mesin, sehabis itu disuruh balik lagi ke bawah. Agak aneh juga karena ketika di bawah saya diperiksa mata lagi secara manual. Jadinya agak belibet ya? Tapi mungkin beda-beda prosedurnya di tiap rumah sakit.
Setelah diperiksa dokter, akhirnya saya dikasih resep kacamata dan disuruh kembali lagi ke pos 2. Setelah dari pos 2 ini sebenarnya proses sudah selesai. Oiya disini saya mencuri dengar pembicaraan kalau bpjs hanya melayani 1 keluhan per kartu di hari yang sama, jadi kita tidak bisa ke dokter mata dan THT sekaligus di hari yang sama. Nah, menurut
guglingan saya sebelumnya, resep kacamata ini harus disetujui oleh BPJS dengan cara harus datang ke kantornya. Taappiiiii... untungnya ternyata hal ini bisa dilakukan langsung di kantor perwakilan BPJS di rumah sakit immanuel *langsung cium tangan mbak-mbak bpjsnya*
Setelah proses selesai, mbaknya ngasih tahu saya kalau dengan BPJS ini saya dapat potongan 300ribu untuk beli kacamata (yeeaayy!) di optik tertentu. Lalu dia menunjuk ke arah kertas yang ditempel di depan pos 1 yang ternyata isinya cuma ada 4 optik yang bekerjasama dengan BPJS. Potongan harga ini tergantung dari kelas yang kita ambil, makin tinggi kelasnya makin besar potongannya. Langsung saja saya cabcus ke Optiknya dan memilih kacamata. Kacamata yang saya pilih harganya 250 ribu, ditambah dengan beli lensa totalnya jadi 350 ribu. Karena dapat potongan, akhirnya saya hanya bayar 50 ribu saja :D
|
selamat datang kacamata baru! |
Yak begitulah suka-duka mengurus kartu BPJS dan kacamata (hampir) gratis. Menurut saya, layanan BPJS ini cocoknya dipakai oleh orang yang waktu luangnya banyak (kaya saya yang lagi nganggur, kalau mau kasih saya kerjaan juga boleh loh) karena minimal waktu yang dibutuhkan adalah 2 hari lamanya. Makanya, selagi sudah daftar BPJS, layanannya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin kaya saya *kemaruk emang*
Tapi menurut saya pribadi, di luar semua permasalahan yang terjadi di BPJS, penting untuk punya asuransi kesehatan. Memang sih jatuhnya akan hangus kalau kita tidak memakainya. Tapi mana kita tahu nanti di masa depan ada apa, ya kan? Ya sesuailah dengan pepatah, sedia payung sebelum panas mentereng :D Jadi, tertarik untuk bikin kartu BPJS gak?